Presiden pertama kita ini emang melejit bro, ini buktinya:
1. Masjid Soekarno di Rusia

Memasuki
masjid ini terasa sejuk di hati dan seolah berada di suatu tempat yang
akrab dengan diri kita; tempat bersujud. Di atas pintu masuknya, sebuah
kaligrafi berukuran sedang memberikan perintah berdasarkan ayat Tuhan:
'Masuklah dengan damai dan aman.' Setelah melewati ruang penerimaan,
kita akan langsung masuk ke dalam masjid lantai pertama yang mampu
menampung lebih dari dua ribuan jamaah. Kubah yang dari luar berwana
biru, didalamnya terdapat ukiran dan lukisan yang terpengaruh oleh
budaya arab dan menggantung di tengah-tengahnya lampu bulat besar
bertatahkan kaligrafi buatan Rusia dengan berat lebih dari 2 ton.
kalo mau masuk, jangan
lupa ucapkan salam sambil perkenalkan bahwa Anda berasal dari Indonesia.
Bila tidak dimengerti penjaga, katakan Anda dari Jakarta. Dan bila
masih ada kesulitan, jangan segan-segan menggunakan password paling
mujarab: Presiden Soekarno! Dijamin, petugas akan langsung mempersilakan
Anda menikmati semua isi masjid sepuasnya karena Anda dianggap Soekarno
Kecil.
Soekarno Sang Pahlawan
Di negeri komunis Uni Soviet, nama Soekarno memang sangat moncer.
Bukan hanya dianggap sebagai teman dalam Perang Dingin melawan poros
Barat, namun juga sebagai presiden muslim yang memberikan “berkah”
sebagian muslim di negeri palu arit. Sejak kunjungannya bersama Megawati
Soekarno Putri, Soekarno menjadi pahlawan bagi umat Islam St.
Petersburg hingga kini.
Konon, suatu siang di tahun 1955, mobil Mercedes warna hitam itu
melewati sebuah jalan di dekat pantai St. Petersburg, kota bagian barat
dari negeri Uni Soviet. Di dalamnya ada pria ganteng, berbadan kekar
dengan kacamata hitam. Lelaki tegap penuh pendirian yang datang atas
undangan salah satu penguasa dunia tersebut bernama Soekarno, Presiden
Republik Indonesia.
Kala itu, Soekarno sedang menikmati indahnya kota St. Petersburg
(Leningrad) yang didirikan oleh Peter the Great pada abad 17. Kota yang
senantiasa menjadi rebutan banyak negara dalam berbagai masa itu memang
sangat cantik, berarsitektur ala Eropa Barat dan terletak di delta
Sungai Neva. Kota ini pernah menjadi ibukota kekaisaran Rusia selama dua
ratus tahun. Disini pula berdiri istana-istana terkenal, seperti istana
musim panas Peterhof, istana musim dingin Hermitage, benteng Peter and
Paul, Gereja Berdarah, Nevsky Prospect serta aneka kanal yang selalu
dihiasi kapal berbagai ukuran.
Dari dalam mobil itu, Soekarno sekelebatan melihat sebuah bangunan
yang unik dan tidak ada duanya. Sopir diminta untuk kembali memutar
jalan untuk melihat bangunan tersebut, namun bergeming. Tidak ada
perintah untuk memutar apalagi berhenti. Pada zaman itu, di bawah
pemerintahan komunis nyaris tidak ada kekuasaan dan kesempatan
berdiskusi yang diberikan kepada seorang sopir.
“Bangunan apa tadi itu,” tanya sang Presiden.
“Itu dulunya sebuah masjid,” jawab sang pengemudi.
“Kalau dulu masjid, sekarang digunakan untuk apa?”
“Oh… hampir semua gereja dan masjid saat ini menjadi gudang atau semacamnya,” sahut sopir.
Pembicaraan sekilas tadi membuat Presiden Indonesia itu tidak nyenyak
tidurnya. Ia terngiang-ngiang gedung berkubah biru dengan arsitek Asia
tengah itu. Dindingnya sekilas terbuat dari batu yang dibuat secara
khusus, dua menaranya menjulang tinggi bersaing dengan beberapa gereja
yang tidak jauh dari situ sedangkan pelatarannya cukup luas. Dalam
taksiran Soekarno, bangunan yang disebut masjid itu pastilah mampu
menampung lebih dari 3.000 muslim bersembahyang berjamaah.
Dalam suatu jamuan makan, Soekarno melontarkan permintaan agar pada
hari berikutnya diatur suatu kunjungan ke masjid yang dilihatnya. Namun
aturan protokoler tidak memungkinkan karena acara yang disusun sudah
sangat padat.
Dalam cerita lainnya, Soekarno akhirnya bisa masuk bangunan yang
berisi barang rongsokan tersebut. Kumuh, tak terawat dan banyak
tikusnya. Waktu itu, sang presiden cukup lama melihat dan menikmati
arsitektur bangunan dan bisa jadi pikirannya melayang-layang kesana
kemari. Maklumlah, ia seorang arsitek dan juga pemeluk agama Islam.
Setelah dua hari menikmati keindahan kota St. Petersburg yang saat
itu masih bernama Leningrad, Soekarno terbang ke Moskwa untuk melakukan
pembicaraan tingkat tinggi guna membahas masa depan kerja sama bilateral
dan berbagai posisi kunci dalam Perang Dingin yang terus memuncak
dengan Presiden Nikita Sergevic Khrushev (1894-1971). Kehangatan kedua
pemerintahan memang sedang mencapai titik kulminasi, antara lain dengan
pengiriman ribuan mahasiswa Indonesia yang kemudian dikenal dengan
mahasiswa ikatan dinas (Mahid).
Dalam bincang-bincang di istana Kremlin itu sempat tersiar kabar
suatu pembicaraan yang unik diantara kedua pemimpin bangsa. Bisa
ditebak, sang pengundang menginginkan agar Presiden Soekarno dapat
menikmati liburannya di Leningrad bersama salah satu putrinya. Apalagi
berbagai fasilitas papan atas telah disiapkan.
“Bagaimana kunjungan ke Leningrad tuan Presiden. Tentu sangat menyenangkan, bukan?” tanya Presiden Uni Soviet berbasa-basi.
Diluar dugaan Soekarno memberikan jawaban yang mengagetkan. “Rasanya saya belum pernah ke Leningrad,” ujarnya tanpa ekspresi.
“Tuan Presiden memang pandai bertutur. Ada apa yang salah dengan
Leningrad. Bukannya kemarin dua hari berjalan-jalan dengan sang putri di
sana?” sergah rekannya dari Rusia
“Ya. Kami memang berada disana, tapi kami belum kesana,” sambut Soekarno dingin.
“Kenapa begitu?” tanya Khrushev.
“Itu terjadi karena saya sebagai muslim sangat sedih melihat masjid biru dipusokan,” jawab Soekarno.
Kunjungan ke Rusia berjalan lancar dan seolah tidak pernah ada apa
pun yang terkait dengan masalah agama ataupun masjid. Soekarno juga
tidak banyak membicarakan lagi tentang masjid yang pernah dilihatnya di
kota terindah di Uni Soviet tersebut. Meskipun begitu, diam-diam banyak
kalangan muslim memasang kuping atas berbagai kejadian yang dialami oleh
tamu kehormatan dari Indonesia tersebut.
Seminggu setelah kunjungan usai. Sebuah kabar gembira datang dari
pusat kekuasaan, Kremlin di Moskwa. Seorang petinggi pemerintah setempat
mengabarkan bahwa satu-satunya masjid di Leningrad yang telah menjadi
gudang pasca revolusi Bolshevic tersebut bisa dibuka lagi untuk
beribadah umat Islam, tanpa persyaratan apa pun. Sang penyampai pesan
juga tidak memberikan alasan secuilpun mengapa itu semua bisa terjadi.
“Kini semua umat Islam di St. Petersburg sangat berterima kasih
kepada almarhum Soekarno. Kami akan ingat jasa-jasanya,” ujar Mufti
Ja’far Nasibullah yang sudah 31 tahun menjadi tulang punggung masjid.
“Tanpa Soekarno mungkin masjid indah yang didirikan 1910 ini sudah
hancur sebagaimana masjid dan gereja lainnya. Semoga Allah SWT
memberikan surga tertinggi baginya,” doa sang Imam dengan mimik yang
serius sambil mengangkat kedua tangannya.
2. Jasa Presiden Soekarno di Makam Imam Bukhori
Sang Perawi Hadith Shahih, Imam Bukhori
Jakarta, Aktual.co — Mungkin kebanyakan dari
umat muslim di Indonesia belum mengetahui kalau presiden pertama kita
merupakan sosok penting dalam keberadaan makam sosok penting dalam
Islam, Imam Bukhori. Atau bahkan kalian belum tahu juga dimana letak
makam Imam Bukhori. Imam Al Bukhari memiliki pengaruh besar bagi umat
Islam di dunia dimakamkan di Samarkand Uzbekistan tahun 870 M.
Pada kala itu Uzbekistan masih berada dalam kekuasaan Uni Sovyet.
Soekarno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaikinya. Ia
bahkan sempat menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia, apabila
Uni Soviet tidak mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat
makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya.
Kompleks makam Imam Bukhari yang megah terlihat laksana istana
raja. Penerangan di sana seadanya karena sudah tidak ada lagi peziarah
yang berkunjung.
Imam Bukhari ialah seorang pengumpul hadis sahih Nabi Muhammad SAW.
Makamnya terletak di Samarkand, Uzbekistan. Tim Fastron Europe-Asia
Metro TV Expedition 2011 mendapat kesempatan langka berziarah ke sana,
bahkan langsung masuk ke ruang bawah tanah tempat jenazah Imam Bukhari
bersemayam. Padahal biasanya para peziarah yang berasal dari berbagai
suku bangsa hanya boleh masuk sampai ruang atas kompleks permakaman.
Kompleks serta-merta menjadi terang benderang kala perwakilan
ekspedisi menemui pengelola makam dan mengungkapkan bahwa rombongan
berasal dari Indonesia dan ingin berziarah.
Tak lama kemudian, Rahmatullo Sultonov, juru kunci makam yang
berjilbab, hitam, keluar dari bangunan dan langsung mengarah ke ruang
bawah tanah makam Imam Bukhari. Anggota ekspedisi diminta melepaskan
sepatu sebelum masuk ruangan yang beralaskan karpet warna hijau
tersebut.
Ruangan berdinding batu bata itu mampu menampung sekitar 10 orang,
dilengkapi bangku untuk para peziarah. Makam ada di tengah ruang,
berselimutkan kain hitam, bertulisan Arab warna kuning. Nuansa begitu
khidmat saat berada di sana.
Setelah mengajak anggota tim ekspedisi untuk membaca beberapa surah
pendek Alquran, Rahmatullo berkisah, kompleks permakaman Imam Bukhari
tidak mungkin seindah dan semegah itu tanpa peran Soekarno, presiden
pertama Republik Indonesia.
Ketika Uzbekistan masih termasuk Uni Soviet, Soekarno-dalam sebuah
kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet pada 1959-pernah meminta petinggi
Partai Komunis untuk mencarikan makam orang suci Islam yang sangat
terkenal bernama Imam Bukhari.
Setelah tiga hari pencarian, makam Imam Bukhari ditemukan. Soekarno
naik kereta dari Moskow ke Samarkand, tempat Bukhari meninggal dunia
dan jenazahnya dimakamkan sekitar tahun 870.
“Beliau tiba pada malam hari dan langsung membaca Alquran sampai
pagi hari, tidak tidur,” lanjut Rahmatullo seperti diterjemahkan Temur
Mirzaev, rekanan Kedutaan Besar Republik Indonesia sekaligus dosen
bahasa Indonesia di Institute of Oriental Studies, Tashkent.
Saat ditemukan, makam dalam kondisi tidak terurus. Soekarno meminta
pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaikinya. Ia bahkan sempat
menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia apabila Uni Soviet tidak
mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat makam Imam
Bukhari akan diberikan sebagai gantinya.
“Bangsa Indonesia sangat berjasa bagi keberlangsungan makam Imam
Bukhari. Sebenarnya makam sudah tutup untuk pengunjung karena hari sudah
malam. Tapi, karena orang Indonesia yang datang, makanya dibukakan,”
tutur Temur.
Juru kunci menutup ziarah dengan doa dan suasana pun mendadak
hening. Dalam doanya, ia berharap perjalanan tim ekspedisi sukses dan
selamat sampai tujuan.
Mencari Makam Imam Bukhori
DI Tashkent tidak ada jalan bernama Bung Karno. Tapi bukan berarti
rakyat Uzbekistan ini tidak mengenal presiden pertama Republik Indonesia
itu.
Tidak banyak yang tahu kalau Bung Karno adalah penemu makam Imam Al
Bukhari, seorang perawi hadist Nabi Muhammad SAW. Begini ceritanya.
Tahun 1961 pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet sekaligus
penguasa tertinggi Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev mengundang
Bung Karno ke Moskow. Kayaknya Khrushchev hendak menunjukkan pada
Amerika bahwa Indonesia berdiri di belakang Uni Soviet.
Karena bukan orang lugu, Bung Karno tidak mau begitu saja datang ke
Moskow. Bung Karno tahu, kalau Indonesia terjebak, yang paling rugi dan
menderita adalah rakyat. Bung Karno tidak mau membawa Indonesia ke
dalam situasi yang tidak menguntungkan. Bung Karno juga tidak mau
Indonesia dipermainkan oleh negara mana pun.
Bung Karno mengajukan syarat. Kira-kira begini kata Bung Karno, “Saya mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Tidak boleh tidak.”
Khrushchev balik bertanya, “Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?”
Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat ingin menziarahinya.”
Jelas saja Khrushchev terheran-heran. Siapa lagi ini Imam Al
Bukhari. Dasar orang Indonesia, ada-ada saja. Mungkin begitu sungutnya
dalam hati. Tidak mau membuang waktu, Khrushchev segera memerintahkan
pasukan elitnya untuk menemukan makam dimaksud. Entah berapa lama waktu
yang dihabiskan anak buah Khrushchev untuk menemukan makam itu, yang
jelas hasilnya nihil.
Khrushchev kembali menghubungi Bung Karno. “Maaf Paduka Presiden,
kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa Anda
berkenan mengganti syarat Anda?”
Bung Karno tersenyum sinis. “Kalau tidak ditemukan, ya udah, saya lebih baik tidak usah datang ke negara Anda.”
Kalimat singkat Bung Karno ini membuat kuping Khrushchev panas
memerah. Khrushchev balik kanan, memerintahkan orang-orang nomor satunya
langsung menangani masalah ini. Nah, akhirnya setelah bolak balik sana
sini, serta mengumpulkan informasi dari orang-orang tua Muslim di
sekitar Samarkand, anak buah Khrushchev menemukan makam Imam kelahiran
Bukhara tahun 810 Masehi itu. Makamnya dalam kondisi rusak tak terawat.
Imam Al Bukhari yang memiliki pengaruh besar bagi umat Islam di Indonesia itu dimakamkan di Samarkand tahun 870 M.
Khrushchev memerintahkan agar makam itu dibersihkan dan dipugar secantik mungkin.
Selesai renovasi, Khrushchev menghubungi Bung Karno kembali.
Intinya, misi pencarian makam Imam Al Bukhari berhasil. Sambil tersenyum
Bung Karno mengatakan, “Baik, saya datang ke negara Anda.” Setelah dari
Moskow, tanggal 12 Juni 1961 Bung Karno tiba di Samarkand. Sehari
sebelumnya puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar
Revolusi Indonesia ini di Kota Tashkent.
Jadi sungguh konyol apabila ada yang menuduh Ir Soekarno itu
musyrik lah. Jasa Ir Soekarno sungguh besar, baik untuk negara maupun
Dunia.
3. Diabadikan menjadi nama Jalan
1. Mesir

Jalan Ahmad Soekarno Puncak harmonisnya hubungan RI – Mesir, terjadi
ketika kedua negara ini dipimpin oleh Ir. Soekarno dari Indonesia dan
Gammal Abdul Nasser dari Mesir. Untuk diketahui, Presiden Indonesia
pertama dikenal di Mesir dengan nama Ahmad Soekarno. Penambahan nama
Ahmad dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia di Mesir untuk memperkuat
nuansa keislaman sehingga menarik perhatian masyarakat Mesir bahwa
Presiden Indonesia beragama Islam, seragam dengan nama Wakil Presiden
yang diawali nama Mohammad, lengkapnya Mohammad Hatta. Keduanya (Ahmad
dan Muhammad) merupakan nama-nama Islami. Tercatat, enam kali Soekarno
menggunjungi negeri firaun ini.Selain itu, persahabatannya dengan Nasser
dan aktifitas keduanya sebagai pemrakarsa di Konferensi Asia-Afrika,
membuat nama Presiden Soekarno begitu harum di mata pemerintah dan
rakyat Mesir, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Mesir.
Letaknya bersebelahan dengan Jalan Sudan, Daerah Kit-Kat Agouza Geiza.
Jalan ini bisa dicapai dari kawasan mahasiswa di al-Hay al-Asyir (Sektor
10) Madinat al-Nashr (Nasr City) dengan menaiki bus hijau nomor 109 dan
167.
4. Maroko

Jalan Soekarno Jika di Jakarta ada jalan bernama Casablanca, sebuah
kota terkenal di Maroko, maka di Maroko juga terdapat nama-nama jalan
berbau Indonesia. Tak tanggung-tanggung nama presiden pertama Indonesia,
Soekarno, ‘dicatut’ menjadi nama jalan di Ibokota Maroko, Rabat.
Rupa-rupanya Maroko terkesan dengan sosok Soekarno. Nama jalan tersebut
diresmikan sendiri oleh Bung Karno bersama Raja Muhammad V saat
kunjungan beliau ke Maroko pada 2 Mei 1960. Nama jalannya waktu itu:
‘sharia Al-Rais Ahmed Sukarno’ yang sekarang terkenal dengan nama Rue
Suokarno. Jalan ini berdekatan dengan kantor pos pusat Maroko.
Dipilihnya nama Soekarno, karena Soekarno adalah pencetus Konferensi
Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955. Nama tersebut dipilih sebagai
penghargaan terhadap Presiden Soekarno. Seperti diketahui, hasil KAA
saat ini mulai dirasakan oleh negara-negara peserta, termasuk Maroko
sendiri. Sebagai bentuk persahabatan dua bangsa, di Jakarta pun kita
temui ruas jalan dengan nama Jalan Casablanca.
3. Pakistan
Jalan Soekarno Pakistan begitu menghormati Bung Karno. Ada dua tempat
di Pakistan yang dinamai dengan nama beliau yakni Soekarno Square
Khyber Bazar di Peshawar, dan Soekarno Bazar, di Lahore. Penamaan
Soekarno ini tidak lepas dari sepak terjang kedua negara. Pakistan
sangat segan kepada sosok Bung Karno. Bahkan hingga kini kalangan
militer Pakistan masih ingat jasa Bung Karno yang mengirim TNI AL
berpatroli di laut selatan Pakistan saat konflik memanas antara Pakistan
dan India di tahun 1965. Sebaliknya, pendiri Pakistan Quaid Azzam Ali
Jinnah pernah meminta menahan seluruh pesawat Belanda yang singgah di
Pakistan pada 1947, ketika Belanda ingin menyerang Indonesia. Pemerintah
Indonesia juga menghargai jasa prajurit Pakistan, yang ketika itu ikut
rombongan sekutu. Rombongan ratusan prajurit Pakistan itu tadinya
diperintahkan menyerang Indonesia ketika sekutu sampai di Surabaya
November 1945. Namun mereka berontak dan memilih berperang di sisi
Indonesia. Dari total 600 tentara Pakistan, sebanyak 500 orang gugur di
Surabaya. Pada Agustus 1995, Indonesia memberikan medali Indenpendece
War Awards kepada tentara Pakistan ini.
5. diabadikan dalam pranko bersama Che Guevara di Kuba

Perangko Soekarno Tahun 2008 lalu, pemerintah Kuba menerbitkan
perangko seri Bung Karno dengan Fidel Castro dan salah seorang pemimpin
gerilya Kuba kelahiran Argentina, Che Guevara. Perangko bernilai
historis dan patriotik itu, diterbitkan untuk mengenang hubungan
diplomatik kedua negara, sekaligus berkenaan dengan perayaan HUT ke-80
Fidel Castro. Bung Karno mengunjungi Havana, Kuba, pada tanggal 9 hingga
14 Mei 1960. Ia menjadi kepala negara pemerintahan asing pertama yang
mengunjungi Kuba setelah Revolusi 1959. Di bandara udara, Bung Karno
yang dianggap ikut menginspirasi revolusi Kuba disambut oleh tokoh-tokoh
penting Kuba selain Presiden Osvaldo Dorticos, Perdana Menteri Fidel
Castro Ruz, dan Gubernur Bank Nasional Che Guevara juga Menteri Luar
Negeri Dr. Raul Roa Garcia.
0 komentar:
Posting Komentar